Rupiah Tertekan Penguatan AS dan Kecamuk Ekonomi Cina

, , No Comments
Pada penutupan berdasarkan Bloomberg Dollar Index, Senin (27/7) sore, posisi Rupiah berada di level Rp 13.462 terhadap US$. Pada penutupan Jumat (24/7) sore lalu, Rupiah di level Rp 13.447 per US$ sehingga posisi Rupiah melemah 0,17 persen atau 23 poin.

Pada pembukaan ada perdagangan valuta asing Senin, Rupiah dibuka di level Rp 13.461 per US$ dan sempat merosot ke Rp 13.478 per US$ pada sekitar pukul 15.30 WIB. Sedangkan menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISdor) Bank Indonesia pada Senin, kurs tengah Rupiah berada di level Rp 13.453 per dolar US$ atau melemah 5 poin dibandingkan kurs tengah pada Jumat sebesar Rp 13.448 per US$.

Foto: Liputan6.com


Melihat hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo menekankan agar masyarakat tidak perlu kuatir dengan nilai tukar Indonesia. "Kalau kita mendalami nilai tukar, ada kondisi eksternal yang memengaruhi. Yang utama adalah perekonomian di Amerika terus mengalami perbaikan, walaupun perbaikan tidak seperti yang diprediksi," ujar Agus Martowardojo.

Dia menambahkan penguatan US$ juga lantaran adanya statement Gubernur the Fed akan adanya peningkatan Fed Fund Rate (FFR), serta perbaikan data ketenagakerjaan di Amerika Serikat (AS). Penguatan US$ tersebut kemudian memengaruhi mata uang lain, yang berimbas pada seluruh ekonomi dunia.

Selain pengutaan US$ di negaranya, juga faktor eksternal lain yang terkait perekonomian Indonesia adalah di situasi ekonomi di Cina. Dalam 3 tahun terakhir ini, pertumbuhan ekonomi Cina terkoreksi, hingga diperkirakan pada tahun 2015 menjadi 6,8 persen. Padahal selama 20 tahun, pertumbuhan ekonomi selalu di atas 10 persen.

Agus Martowardojo juga mengingatkan, berdasarkan studi Bank Indonesia, setiap 1 persen pelemahan ekomomi China akan memberi dampak pelemahan 0,4-0,6 persen terhadap perekonomian Indonesia.

0 comments:

Post a Comment

Sumbangkan artikel Anda ke sahabat.bicara131@gmail.com