Instrumen Pertimbangan Penetapan BI Rate

, , No Comments

Bank Indonesia optimis pertumbuhan ekonomi ke depan akan membaik, berkat dukungan belanja pemerintah di semester II 2015 nanti. Demikian hal utama soal perkembangan kondisi ekonomi domestik terbaru, dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Selasa (19 Mei 2015).
Pasalnya saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia melemah. Berdasarkan data Bank Indonesia, pada triwulan I 2015 terjadi pelemahan investasi di sektor bangunan, yang menjadi penyebab utama lemahnya konsumsi pemerintah.
Namun secara agregat, kondisi perlambatan ekonomi terjadi hampir merata di seluruh Indonesia. Termasuk Jawa dan Sumatera, yang berbasis manufaktur ataupun wilayah timur Indonesia yang berbasis komoditas.

Inflasi dan Nilai Tukar 
Adapun inflasi, terpantau masih terkendali dan mendukung pencapaian inflasi di 2015 4 ± 1%. Meski begitu, tekanan inflasi ke depan masih cukup besar sebagai akibat dari administered price (harga barang dan jasa) yang didorong oleh kenaikan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar di akhir Maret 2015.
Namun untuk volatile food (harga kebutuhan pokok) dan inflasi inti (core inflation), masih cukup terjaga. Ke depannya, risiko terjadinya inflasi di Indonesia berasal dari harga minyak dunia, administered price, dan seasonal effect yakni Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
Kondisi nilai tukar Rupiah beberapa bulan lalu memang tertekan, seiring dengan tekanan yang berasal dari penguatan US$. Penguatan US$ ditopang oleh sempat membaiknya kondisi perekonomian Amerika Serikat dan ditopang oleh kebijakan Quantitative Easing Bank Sentral Eropa (ECB) di kawasan Eropa.
Namun Rupiah kembali menguat di bulan April sebagai dampak dari persepsi perekonomian domestik yang membaik. Bank Indonesia, terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai fundamentalnya.

Terpantau Baik
Dari sisi transaksi negara, terpantau bahwa defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada triwulan I 2015 lebih baik dari triwulan IV 2014. Defisit transaksi berjalan negara tercatat hanya 1,8 persen dari keseluruhan pendapatan domestik bruto.
Perbaikan CAD berasal dari membaiknya neraca migas, sebagai akibat harga minyak yang masih tertekan. Juga lantaran konsumsi minyak masyarakat Indonesia yang menurun, sebagai dampak dari kebijakan fixed subsidy Pemerintah terhadap BBM bersubsidi. Kabar baik lainnya yakni adanya surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).
Stabilitas sistem keuangan pun masih dalam kisaran terjaga. Tercatat rasio kecukupan modal (CAR) masih tinggi, yakni sebesar 20,7 persen.



Lalu dana pinjaman yang tak jelas rimbanya atau non performing loan (NPL) masih di angka 2,4% gross dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada Maret 2015 sebesar 16 persen (naik dari bulan sebelumnya) dihitung dari periode tahun bertemu tahun (yoy).
Pertumbuhan kredit tercatat sebesar 11,3 persen (yoy). Ke depan pertumbuhan kredit akan meningkat di kisaran 15-17 persen, yang didukung oleh ekspansi pemerintah, pelonggaran ketentuan GWM LDR, LTV properti, serta uang muka kendaraan yang akan segera dilonggarkan.
Dari paparan di atas, BI Rate akhirnya diputuskan untuk dipertahankan 7,5 persen dengan suku bunga Deposit Facility 5,50 persen dan Lending Facility pada level 8,00 persen.



0 comments:

Post a Comment

Sumbangkan artikel Anda ke sahabat.bicara131@gmail.com