Kebijakan dan Komitmen Masyarakat Percepat Kestabilan Rupiah

, , No Comments
Kredibilitas dan konsistensi pemerintah akan dapat dibuktikan, apabila kebijakan yang dikeluarkan tepat sasaran dan waktu. Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo pun demikian, tidak ingin menambah berat risiko di tengah kondisi ekonomi eksternal yang masih dipenuhi ketidakpastian. Pengaruh kondisi eksternal diperparah dengan goncangan internal, seperti turunnya harga komoditas dalam negeri, arus perdagangan yang rendah, dan juga jatuhnya daya beli masyarakat.

Kondisi itu mempersulit Bank Indonesia mengubah kebijakan. Untuk itu pihaknya masih akan memperketat kebijakan moneternya, dengan tidak mengubah suku bunga (BI rate) di posisi 7,5 persen. Agus Martowardojo mengatakan, keputusan pihaknya untuk tetap mempertahankan kebijakan tersebut, semata-mata untuk tetap meyakinkan pasar bahwa ekonomi makro Indonesia tetap terjaga stabil.



Salah satu pertimbangannya, Bank Indonesia melihat jumlah Surat Utang Negara (SUN) Indonesia yang dimiliki oleh asing hingga saat ini telah mencapai Rp 540 triliun. Bank Indonesia tetap terus menjaga momentum.

Selain itu, sambil memantau perkembangan ekonomi global, Bank Indonesia juga menilai dengan kondisi eksternal saat ini, The Fed berpeluang terus naikan suku bunganya. Sehingga apabila Bank Indonesia gegabah mengambil keputusan, Rupiah justru akan semakin tertekan. Penahanan BI rate juga akan semakin mantap, bila didukung pemerintah melalui kebijakannya.

Diharapkan, pemerintah juga menelurkan kebijakan yang mampu memberikan dorongan secara fiskal kepada para pelaku usaha swasta, sehingga Rupiah tetap stabil.

Adapun berdasarkan data Bank Indonesia, fundamental ekonomi Indonesia semakin membaik. Hal tersebut dibuktikan dengan defisit transaksi berjalan, yang diperkirakan menyusut hingga US$ 18 miliar atau setara 2-2,1 persen PDB (pendapatan domestik bruto), dibanding akhir tahun lalu yang sebesar US$27 miliar setara 3,2% PDB. Untuk itu, pemerintah diharapkan senantiasa mampu menjaga kredibilitas dan konsistensi supaya fundamental ekonomi dalam negeri semakin kuat dan makin dipercaya oleh pasar.

Komitmen Masyarakat 

Kebijakan demi kebijakan dikeluarkan Bank Indonesia dan pemerintah, demi membawa perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik. Namun masyarakat pun harus berperan serta mendukung melalui komitmen. Bank Indonesia sendiri, melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 17/3/PBI/2015 sudah mewajibkan penggunaan Rupiah dalam transaksi domestik.

Bank Indonesia juga memutuskan untuk membatasi pembelian valuta asing menjadi hanya sebatas US$ 25.000, dari sebelumnya US$ 100.000 bagi transaksi tanpa underlying atau keperluan tertentu.

Namun Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo mengungkapkan, akan lebih baik bagi nilai tukar Rupiah bila para eksportir melepas dolar yang dimilikinya. Para pengusaha yang kerap menyimpan keuntungan hasil ekspornya dengan kurs US$ diminta segera menukarkannya ke Rupiah. Tidak kurang dari 52 persen dari total transaksi spot senilai US$ 8 miliar per bulan, dilakukan dalam US$. Jumlah itu dinilai Agus Martowardojo cukup besar untuk aktivitas bisnis dalam negeri yang menggunakan US$.

Sementara kalangan pengusaha menilai persoalan ekonomi di Indonesia sudah dapat diperkirakan, yakni dari dampak uang. Menurut mereka, banyaknya US$ yang beredar di Indonesia, lantaran Indonesia merupakan negara importir. Sehingga mereka menilai pelepasan dolar adalah solusi normatif. Namun pelepasan valuta asing tersebut, menurut Agus Martowardojo, justru diharapkan dapat menyeimbangkan pengeluaran dan permintaan, yang pada akhirnya bisa mestabilkan nilai Rupiah..

Masyarakat juga diimbau agar jangan terperangkap dengan ilusi level kurs, dalam menanggapi kurs valuta asing (valas). Contohnya saat kurs bergerak dari Rp 9.500 ke Rp 9.600 (depresiasi 11 persen) orang tenang saja. Namun saat pelemahan waktu bergerak dari Ro 9.975 ke Rp 10.000 (2,5 persen) masyarakat langsung panik karena menganggap Rp 10.000 sebagai level psikologis.

Padahal kurs itu harga relatif. Artinya, nilainya harus selalu dibandingkan dengan gerakan mata uang lain. Untuk peran ini, meskipun tekanan global sangat luar biasa, Bank Indonesia sudah cukup mampu mengendalikan Rupiah bergerak searah dengan negara mitra.Nilai Rupiah, pada penutupan pasar Senin sore lalu (24/8/2014) sempat mengejutkan, lantaran menembus angka Rp 14.049 per dolar Amerika Serikat (US$). Terendah sejak Juli 1998.

0 comments:

Post a Comment

Sumbangkan artikel Anda ke sahabat.bicara131@gmail.com