Ketika mendengar kalimat "Transaksi berjalan negara" tentu terlintas di kepala kita yang hal-hal berbau ekonomi, yang kompleks. Secara holistik, membayangkan hal itu akan memusingkan, njelimet. Apalagi bila disusupi kalimat lainnya, yakni "Defisit transaksi berjalan" atau "Surplus", "Stagnan", dan sebagainya. Makin pusing. Namun sebenarnya istilah-istilah di atas sebaiknya harus dipahami sejak dini.
Bank Indonesia (BI), dalam mensosialisasikan hal-hal berbau ekonomi kepada anak-anak, memiliki program tersendiri yang dikelola oleh Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) yakni Program Pojok Baca dan Dongeng PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Pada program tersebut, murid-murid berusia dini dan pengajarnya, diberikan pemahaman mengenai kebijakan-kebijakan Bank Indonesia.
Pandangan Sederhana
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara dalam menjelaskan kepada anak-anak mengenai istilah ekonomi itu, memaparkannya dengan bahasa yang lebih sederhana dan pandangan yang lebih mikro atau yang mudah penerapannya. Yakni, transaksi berjalan pada hakikatnya ialah kegiatan jual-beli, yang akan terjadi bila pembelinya memiliki uang. Kemudian untuk bisa mendapatkan uang, seseorang harus memiliki pendapatan.
Untuk orang dewasa, uang bisa didapat dari gaji setelah bekerja. Sedangkan anak-anak, bisa mendapatkan uang dari menabung sangu atau uang jajan sekolah yang diberikan oleh orang tuanya. Anak-anak juga bisa mendapat uang dari hadiah orang tuanya, misalnya karena dia berhasil menempati ranking di sekolahnya.
Setelah ada uang, maka aktivitas belanja atau transaksi pun bisa dilakukan. Lalu aktivitas belanja yang berlangsung terus menerus (kemarin, hari ini, esok hari, dan seterusnya), inilah yang disebut sebagai transaksi berjalan. Bila uang yang dimiliki banyak, maka dia bisa berbelanja lebih banyak. Sebaliknya bila uangnya hanya sedikit, tidak bisa banyak berbelanja.
Dan bila kemarin serta hari ini banyak uang yang dibelanjakan, maka keesokan harinya -dengan sisa uang yang tinggal sedikit- terpaksa belanjanya pun sedikit. Kondisi itulah yang dinamakan defisit transaksi berjalan. Secara sederhana, defisit transaksi berarti esok hari belanjanya lebih sedikit dari hari-hari sebelumnya. Begitu pula sebaliknya, bila transaksi hari-hari sebelumnya lebih sedikit dari hari ini atau esok hari, maka transaksinya mengalami surplus.
Pemahaman defisit dan surplus secara sederhana itu akan memudahkan anak-anak memahami arti penting hemat sekaligus mengerti kerangka kebijakan Bank Indonesia. Karena bila lingkup maknanya jauh diperluas, maka transaksi berjalan akan berhubungan dengan perbandingan ekspor dan impor negara. Dimana ketika impor lebih besar dari ekspor adalah defisit dan sebaliknya, surplus.
"Nah, untuk anak-anak, pendapatan yang paling baik dari mana? Dari menabung. Mari kita belajar menabung untuk bisa punya uang. Nanti kalau sudah punya uang, kita bisa bertransaksi atau berbelanja. Lalu belanjalah hemat, belanja yang penting, karena hemat pangkal kaya," ungkap Tirta Segara di depan para murid PAUD Permata Bunda, Cipete, Jakarta Selatan dan orang tuanya beberapa waktu lalu.
Berangkat dari memberi pemahaman dasar ekonomi soal transaksi secara sederhana dan mudah itulah, kemudian dilanjutkan dengan pemahaman tugas Bank Indonesia bagi negara. Menjaga defisit transaksi berjalan, lanjut Tirta Segara, adalah salah satu dari beberapa tugas Bank Indonesia. Sehingga bila arti penting berhemat dan menabung ditanamkan ke masyarakat sejak usia dini, maka ke depannya tunas bangsa inilah yang akan menolong perekonomian negara.
Pilot Project
Adapun program bantuan Bank Indonesia untuk PAUD adalah salah satu pilot project PSBI di bidang Literasi Keuangan dan Komunitas Kebanksentralan, sebagai wujud kepedulian Bank Indonesia di bidang pendidikan, khususnya anak usia dini. Pilot project ini diberikan kepada 49 PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) diseluruh wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Program ini, diantaranya pembuatan Pojok Baca dan Dongeng, yakni penyediaan rak buku, koleksi buku bacaan, dan mendesain ruangan dengan tema Pojok Baca dan Dongeng. Lalu pelatihan kepada para guru dan pembina PAUD yang jumlahnya 100 orang. Harapannya, program ini selain dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya menabung dan berhemat kepada murid dan orang tua, juga agar tercipta karakter gemar membaca, memahami Bank Indonesia bagi 2.500 anak-anak usia dini di Jakarta.
Dana yang diberikan kepada 49 PAUD tersebut sebesar Rp 600 juta, sehingga setiap PAUD mendapat dana Rp 12 juta. Seluruh rangkaian program kepedulian sosial ini dilakukan selama 13 minggu, sejak 10 Oktober 2014 sampai 12 Januari 2015. Ke depannya, pengembangan Pojok Baca dan Dongeng PAUD akan melibatkan pegawai Bank Indonesia melalui program edikasi kepada anak didik, tenaga pendidik, maupun orang tua anak.



0 comments:
Post a Comment
Sumbangkan artikel Anda ke sahabat.bicara131@gmail.com