Kepedulian warga Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta
untuk melakukan kegiatan cocok tanam, meski di lingkungan yang padat, ternyata
sangat baik. Hal tersebut terlihat dari suksesnya program penanaman tanaman
pangan mandiri yang diselenggarakan Bank Indonesia, bekerjasama dengan Tim
Penggerak Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) DKI Jakarta dan Trubus.
Ketua Tim Penggerak PKK Jakarta Pusat Rintje Mangara
Pardede mengatakan, kerjasama Bank Indonesia dan Tim Penggerak PKK ini semakin
menambah semangat kepedulian warga dalam bercocok tanam.
"Dengan dibantunya program ini oleh Bank Indonesia,
akan lebih semarak lagi ke depannya, terutama setelah kami melihat bantuan ini
riil. Mereka pun memeliharanya dengan sepenuh hati, meski terkendala kekurangan
air. Mereka melakukan upaya agar program ini berhasil," kata Rintje
Mangara. Alhasil, hal tersebut menjadi kebanggan sendiri bagi para
penyelenggara program.
Ada 15 titik program kerjasama yang tersebar di beberapa
area yakni di Pesanggrahan dan Pondok Labu, Jakarta Selatan, Setu, Jakarta
Timur, dan Kemayoran, Jakarta Pusat.
Bila program ini bisa me-Nusantara, maka dipastikan
inflasi akan terjaga di level yang sangat wajar. Khusus di Kemayoran, tepatnya
di Kelurahan Kebon Kosong, kegiatan yang dilakukan adalah penanaman cabai dan
sayuran hijau. Mengambil dua tempat, yakni area perkebunan dan lapangan seluas
sekitar 800 meter persegi, para warga turut ambil bagian melakukan penanaman
yang dipandu oleh penyuluh Trubus.
Teknis
Salah satu kendala yang menghalangi tercapainya panen
adalah kondisi lingkungan. Menyiasati hal ini, menurut Hidayatullah, salah satu
penyuluh dari Trubus, adalah lewat penanganan khusus sesuai kondisi lingkungan.
"Kita menggunakan paranet, agar bisa menghalau teriknya sinar matahari
yang langsung menyentuh tanaman sehingga potensi gagal panen bisa diatasi,"
kata Hidayatullah.
Paranet adalah jaring buatan yang fungsinya meneduhkan
tanaman dari sengatan langsung sinar matahari. Bagi tanaman sayuran, sengatan
sinar matahari bisa merusak jaringan tanaman terutama daun, sehingga mereka
dapat gagal bertumbuh dengan baik. Paranet juga mampu mengurangi proses
respirasi atau penguapan pada tanaman yang berlebihan akibat cuaca kering yang
ekstrim.
Siasat lainnya, yakni memilih jenis tanaman yang cocok.
"Cabai adalah pilihan yang paling cocok untuk kondisi cuaca yang kering,
karena dia tahan panas," ungkap Hidayatullah.
Koordinator penyuluh Trubus Nur Jaya menegaskan dua hal
yang wajib diperhatikan dalam bercocok tanam. Pertama adalah jenis air yang
digunakan untuk menyiram. "Perhatikan pH (keasaman) air tersebut, usahakan
pH netral. Jangan terlalu asam dan jangan terlalu basa atau tinggi kadar garam.
Jumlah volume airnya pun harus ideal, karena untuk diameter 30 x 35
(sentimeter) media pot atau polybag, dibutuhkan sekitar 250 cc air atau
maksimal setengah liter per hari," kata Nur Jaya.
Yang terakhir, perhatikan kondisi tanah. Kegemburan dan
keasaman tanah akan memengaruhi keberhasilan cocok tanam. Memang untuk
mengetahui keasaman tanah, harus diukur dengan alat. Namun secara umum, tanah
yang netral dapat terlihat dari kepadatannya. Bila tanah terlalu padat, maka
dipastikan tanah tersebut tak bisa dijadikan media tanam. Tanah yang baik
menurut Nur Jaya adalah yang renyah ketika dikepal genggaman tangan.
Panen
Perdana
Program penanaman tanaman pangan mandiri yang dihelat
Bank Indonesia, bekerja sama dengan Tim Penggerak Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) dan Trubus ini pun berhasil mencapai masa panen perdana oleh
warga Kelurahan Setu Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Dari 700 kantung poly
bag yang diberikan, setengahnya, atau sekitar 350 kantung poly bag bibit
berhasil dipanen.
Ketua RW 04/01 Kelurahan Setu Kecamatan Cipayung Jakarta
Timur, Amiruddin, yang juga praktisi kegiatan tersebut sekaligus penyuluh
masyarakat wilayah yang dipimpinnya mengatakan keberhasilan panen tersebut
harus dilakukan dengan strategi yang tepat.
"Menanamnya dengan cara bertahap atau tidak
berbarengan. Lalu tanahnya pun dioplos dengan pupuk kandang, agar
pertumbuhannya lebih bagus. Kemudian pada pot tanaman, lapisan paling dasar
adalah tumpukan sampah organik, dengan tujuan menyempurnakan media tanam,"
ungkap Amiruddin kepada Bicara 131.
Lebih jauh Amiruddin mengatakan yang terpenting
diperhatikan dalam bercocok tanam ialah media tanam (tanah, pupuk, dan campuran
lainnya), bibit, dan cara menyiram. "Jadwal penyiraman adalah pagi setelah
adzan subuh dan sore setelah magrib, yang penting saat menyiram tidak terkena
sinar matahari," kata Amiruddin.
Kepada Bicara 131, Amiruddin juga mengungkapkan
keberhasilan dirinya melakukan cocok tanam ini, lantaran dirinya sudah sarat
pengalaman. Dia mengaku sudah melakukan cocok tanam sejak 1985. Lalu dalam
menularkan ilmunya kepada masyarakat, Amiruddin menuturkan bahwa ada kegiatan
penyuluhan kepada masyarakat, yang diberikannya sejak sekitar 4 tahun lalu.
"Sejak Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono
menganjurkan penanaman tanaman konsumsi di pekarangan rumah. Sejak itulah mulai
gencar melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada warga. Namun warga tidak tertarik
mengerjakan cocok tanam," tuturnya.
Ketua Kelompok Kerja (Pokja) III Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Yuli Hutapea mengatakan, kegiatan
ini dilakukan di 15 titik di Jakarta, yang tersebar di Pesanggrahan dan Pondok
Labu, Jakarta Selatan, serta di Setu Jakarta Timur. Namun Kelurahan Setu yang
berhasil melakukan panen perdana. Beberapa sayuran yang ditanam adalah caisim,
pakcoy, bayam, dan kangkung. "Setelah 28 hari baru bisa dipanen,"
kata Yuli Hutapea.
Anggota Pokja III PKK DKI Jakarta, Astuti Rusmarawati
menambahkan, kegiatan ini pada hakikatnya bersifat pembelajaran bagi
masyarakat, untuk dapat melakukan cocok tanam mandiri. "Bila masyarakat
sudah mahir dan terbiasa, bisa saja keahlian ini dijadikan mata pencarian untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari," kata Astuti Rusmarawati. Dengan lahan
terbatas, bisa menanam sayur dengan waktu yang singkat dan secara organik.
0 comments:
Post a Comment
Sumbangkan artikel Anda ke sahabat.bicara131@gmail.com