Kredit Modal Kerja Meningkat Namun UMKM dan Properti Lesu

, , No Comments
Bank Indonesia mencatat kontraksi operasi keuangan Pemerintah Pusat sejalan dengan meningkatnya penerimaan negara, terutama berupa pajak. Tapi di sisi lain, belanja pemerintah belum mengalami peningkatan yang signifikan.

Pada Mei 2015, tercatat posisi kredit yang disalurkan oleh perbankan sebesar Rp 3.792,8 triliun atau tumbuh 10,3 persen (year on year atau yoy), relatif stabil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya.

Relatif stabilnya pertumbuhan kredit tersebut didukung oleh pertumbuhan Kredit Modal Kerja (KMK) yang meningkat, ditengah menurunnya pertumbuhan Kredit Investasi (KI).
Posisi KMK tercatat sebesar Rp 1.785,4 triliun atau tumbuh 10,1 persen (yoy), lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya sebesar 8,9 persen (yoy).

Secara sektoral, peningkatan KMK terjadi pada sektor industri pengolahan dan konstruksi, yang masing-masing tumbuh 16,8 persen (yoy) dan 26,4 persen (yoy). Pada April 2015, keduanya tercatat 15,4 persen (yoy) dan 24,2 persen (yoy), atau terjadi peningkatan sesudahnya.

Kredit yang diberikan terbatas hanya dalam bentuk pinjaman (loans) dan tidak termasuk instrumen keuangan yang dipersamakan dengan pinjaman, seperti surat berharga (Debt Securities), tagihan akseptasi (Banker’s Acceptances), dan Tagihan Repo.

Selain itu, kredit yang diberikan juga tidak termasuk kredit yang diberikan oleh kantor bank umum di luar negeri, dan kredit yang disalurkan kepada Pemerintah Pusat dan Bukan Penduduk (WNA).


UMKM dan Properti 

Penyaluran KI pada Mei 2015 tercatat oleh Bank Indonesa  sebesar Rp 932 triliun atau tumbuh 11 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan April 2015 yakni 11,2 persen (yoy). Secara sektoral, perlambatan pertumbuhan KI terutama terjadi pada sektor industri pengolahan dan kontruksi.

Kredit investasi yang diberikan pada sektor Industri pengolahan tumbuh 15,1 persen (yoy), melambat dibanding April 2015 yakni 17,5 persen (yoy). Sementara itu, kredit kepada sektor konstruksi juga mengalami perlambatan dari 37,3 persen (yoy) menjadi 32,4 persen (yoy) pada Mei 2015.

Selain KI, perlambatan pertumbuhan kredit juga terjadi pada kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta kredit properti. Kredit yang disalurkan kepada UMKM pada Mei 2015 tercatat sebesar Rp 694,7 triliun atau tumbuh 9,3 persen (yoy). Dibandingkan April 2015 yang tumbuh 9,7 persen (yoy), penyaluran kredit UMKM pada Mei 2015 turun 0,4 persen (yoy).

Foto: http://www.mappijatim.or.id
Perlambatan terutama terjadi pada kredit skala usaha mikro dan kecil yang masing-masing tumbuh 17,9 persen (yoy) dan 4,7 persen (yoy). Lebih rendah dibanding pertumbuhan April 2015 sebesar 19,2 persen dan 5,3 persen (yoy).

Sementara itu, penyaluran kredit pada sektor properti tercatat sebesar Rp 573,4 T, atau tumbuh 14,6 persen (yoy), lebih rendah dibanding April 2015 sebesar 16,9 persen (yoy). Perlambatan tersebut bersumber pada kredit kepemilikan rumah dan apartemen (KPR dan KPA) yang tumbuh 7,7 persen (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan April 2015 sebesar 12,9 persen (yoy).

0 comments:

Post a Comment

Sumbangkan artikel Anda ke sahabat.bicara131@gmail.com