Industri dan Pariwisata, Pemacu Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

, , No Comments

Pemerintah dan para stakeholder mengapresiasi hasil Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Bank Indonesia, dan sepakat bahwa sektor industri dan pariwisata sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Untuk itu, kedua sektor tersebut harus didorong penguatannya.

Indonesia pernah berjaya sebagai negara pengekspor komoditas primer pada rentang waktu 1970-1980. Namun kini, minyak mentah, mineral, serta komoditas primer lainnya, tak bisa lagi dijadikan lokomotif pemacu pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Suasana diskusi publik yang dihadiri para stakeholder pembangunan di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah
Gejolak perekonomian global menyebabkan permintaan terhadap komoditas primer menurun. Bahkan Kalimantan sebagai daerah produsen komoditas primer pada triwulan III 2015 (yoy) tercatat pertumbuhan ekonomi yang negatif, yakni -041%. Hal itu lantaran Tiongkok sebagai negara terbesar pengimpor komoditas primer Indonesia, sedang dilanda perlambatan ekonomi. Juga karena harga-harga komoditas dunia sedang turun, sehingga menambah berat beban perekonomian Indonesia.

Hal itu mencerminkan bahwa Indonesia harus meningkatkan produksi komoditas olahan, dalam hal ini industri manufaktur. Indonesia harus mampu mengolah komoditas primernya menjadi produk manufaktur berkualitas.


Kolaborasi

Di tengah kondisi perekonomian global yang bergerak melambat itu, Indonesia memerlukan peranan sektor-sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Sektor industri dan pariwisata merupakan sektor yang mampu mewujudkan hal tersebut.

Jawa, sebagai wilayah basis kegiatan industri Indonesia, pada triwulan III 2015 tercatat masih dapat tumbuh hingga 5,39%. Dari sisi pariwisata, dapat terlihat dari kontribusi pertumbuhan ekonomi di wilayah Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua. Pertumbuhan ekonomi regional daerah yang sektor pariwisatanya mendominasi tersebut, masih cukup tinggi, yakni 9,03% (yoy pada triwulan III 2015).

Kolaborasi di  sektor industri dan pariwisata dapat sangat membantu meningkatkan dan menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia secara berkesinambungan. Untuk dapat meningkatkan kedua sektor itu, mutlak memerlukan sinergi antar pihak, baik dari pemerintah, investor, hingga masyarakat.

Gubuernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo didampingi beberapa pejabat negara diantaranya Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, dan Menteri Agraria Ferry Mursyidan Baldan.

Bank Indonesia kemudian mengangkat kedua sektor tersebut sebagai tema besar Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) yang digelar di Yogyakarta pada 12-14 November 2015. Tema yang diangkat dalam Board Seminar KEKR (BS KEKR) dan Rapat Koordinasi Bank Indonesia bersama Pemerintah dan Pemerintah Daerah itu adalah "Mempercepat Daya Saing Industri dan Pariwisata untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan".

Hadir di acara tersebut, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo sebagai pembuka acara, Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, Menteri Agraria Ferry Mursyidan Baldan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat, Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro, para pejabat terkait lainnya, serta para stakeholder se-Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Dalam diskusi bersama stakeholder, Agus Martowardojo mengungkapkan, pengembangan pariwisata dilakukan melalui stragegi 3A, yakni acess, attraction, amenities. "Akses, dengan pengembangan transportasi dan interkoneksi. Ataksi, melalui peningkatan infrastruktur, sumber daya alam, dan kualitas sumber daya manusia (SDM, red). Dan ameniti, melalui pengelolaan kualitas dan sinergi antar pihak," ungkapnya.

Lebih lanjut, Edwin Hidayat Abdullah dari Kementerian BUMN mengatakan salah satu atraksi yang dapat disuguhkan pihaknya adalah dari PT Kereta Api Indonesia (KAI). "KAI membuat kereta tak hanya sebagai konektor. Tapi juga mempersembahkan kereta tur dan mendirikan museum kereta," ungkap Edwin Hidayat. Begitu juga Perhutani dan PTPN yang menyelenggarakan ecotourism. Terobosan seperti itulah yang akan membantu meningkatkan length of stay para wisatawan sehingga meningkatkan pendapatan daerah.

Adapun di Yogyakarta, Hamengku Buwono mengungkapkan, sektor pariwisata hanya menyumbang 10 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Yogyakarta, karena masih ada sektor-sektor lain yang ikut mengkontribusi pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Namun sumbangan sektor pariwisata terhadap PDRB Yogyakarta mencapai hingga 35,7%. Hal itu karena sektor pariwisata mempengaruhi aspek lainnya seperti transportasi, komunitas, informasi, dan lainnya.


Yogyakarta

Dari sisi industri, Indonesia harus mampu meningkatkan peranan teknologi dan meningkatkan kemampuan SDM. Pasalnya, murahnya tenaga kerja Indonesia, salah satunya lantaran mereka kurang dapat memanfaatkan teknologi. Bicara industri, maka juga berbicara soal integrasi domestik dan global. Menurut Hamengku Buwono, Indonesia perlu penguatan SDM dan penguatan akses ke pasar. Dan kualitas hasil industri, mutlak didukung teknologi tinggi, yang belum dimiliki Indonesia.

Sebagai pengelola tertinggi wilayah DI Yogyakarta yang 92% struktur ekonominya didukung oleh jenis usaha UMKM, perlu adanya upaya mencari solusi di sektor riil. Pasalnya dari keseluruhan struktur ekonomi, peranan masing-masing sektor terhadap pertumbuhan ekonomi Yogyakarta adalah 9 hingga 11 persen. Sementara ada tiga sektor utama yang menonjol dari sektor-sektor yang ada di Yogyakarta, yakni industri, pertanian, pariwisata, dan konstruksi.

Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X memberikan pandangan tentang pembangunan wilayahnya, terutama pengembangan bandar udara.

Untuk lebih meningkatkan peranan sektor-sektor tersebut maka perlu dukungan infrastruktur dan koneksi yang lebih baik lagi. Dalam waktu dekat, Yogyakarta akan mendirikan bandar udara baru di Kulon Progo, sebagai solusi permasalahan terbatasnya kapasitas bandar udara Adi Sucipto.

Dengan infrastruktur yang baik serta interkoneksi yang mendukung, maka Yogyakarta dan daerah-daerah lainnya akan mampu meningkatkan pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia yang optimal. Berdasarkan data Departemen Statistika Bank Indonesia, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2015 adalah 4,7-5,1%. Arah pertumbuhan ekonomi pada 2016 adalah di kisaran 5,2-5,6%.

0 comments:

Post a Comment

Sumbangkan artikel Anda ke sahabat.bicara131@gmail.com