Di era keterbukaan informasi yang didukung teknologi
informatika, masyarakat semakin berhak mengetahui segala informasi yang
berhubungan dengan hajat hidup mereka. Tentunya informasi itu bukan merupakan
rahasia negara. Dan akhirnya muncullah multikreasi model komunikasi.
Dalam artian, kesemua model komunikasi tersebut bertujuan
tunggal, tapi dikemas dalam aneka kreasi. Ketua Indonesia Contact Center
Association (ICCA) Andi Anugerah mengungkapkan kreasi komunikasi tak langsung
yang jamak diterapkan adalah surat elektronik atau email, pesan singkat (SMS),
hingga yang termutakhir sosial media. Lalu bentuk komunikasi langsung, kreasi
yang kini diterapkan oleh banyak pusat layanan informasi tanpa tatap muka
(contact center) adalah layanan telepon dan live chat (obrolan langsung
virtual).
Keseluruhan model komunikasi tersebut (email, SMS, media
sosial, hingga live chat) kini diadopsi oleh seluruh contact center di dunia,
demi memberikan informasi yang cepat, tepat, dan efektif bagi kebutuhan
masyarakat. Lebih dari itu, untuk mengukur efektifitas layanan sebuah instansi,
perusahaan, lembaga, terhadap publik yang menjadi stakeholder produk mereka.
Ekskalasi
Dalam acara Seminar Nasional Contact Center Pemerintah dan
Layanan Publik The Best Contact Center Indonesia (TBCCI) 2015 terungkap bahwa
setiap instansi dan lembaga pemerintahan berlomba-lomba memberikan layanan
publik terbaik dengan mengoptimalkan contact center mereka.
Mengapa optimal? Mengapa tidak sekalian saja arus informasi
tersebut dimaksimalkan kepada publik? "Tentu tidak. Karena tidak semua
informasi harus diketahui publik. Misalnya, publik tak perlu tahu data wajib
pajak. Untuk hal-hal seperti ini, kami memiliki strategi eskalasi, yakni
strategi menangani informasi pada level-level tertentu di instansi kami,"
ungkap Kepala Klip Pajak Direktorat Jenderal Pajak Henny Setyawaty.
Eskalasi informasi tersebut dilakukan agar publik paham
bahwa ada informasi-informasi yang harus dikelola dengan spesifik sehingga
tidak menyebabkan kerugian pihak lain. Bank Indonesia misalnya, mengekskalasi
informasi yang spesifik, yang misalnya ditanyakan oleh stakeholder khusus.
"Bank Indonesia Call and Interaction atau yang
disingkat BICARA, melakukan ekskalasi informasi ke level yang tertinggi.
Misalnya ada yang menginginkan informasi lanjutan tentang Peraturan Bank
Indonesia, yang mengatur kewajiban penggunaan Rupiah. Maka dari agen contact
center tahap satu akan melimpahkan jawaban tersebut ke tahap yang lebih tinggi,
yakni satuan kerja yang khusus menangani peredaran uang," ungkap Direktur
Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs.
Sosial Media 
Dari informasi-informasi yang mengalir deras itulah kemudian
terlihat keunikan produk dari setiap pemangku kepentingan. Bank Indonesia
misalnya, telah lebih dulu mengoptimalkan fungsi sosial media ketimbang contact
center yang hadir di acara seminar tersebut, yakni Klip Pajak, Layanan Konsumen
OJK (Otoritas Jasa Keuangan), dan Bravo Bea dan Cukai.
Dalam menerapkan dungsi sosial media, Bank Indonesia
menggunakan Twitter dengan tautan @bank_indonesia dan media Facebook Page
BICARA 131. "Karena fungsi sosial media dalam hal mendukung penjelasan
kebijakan Bank Indonesia kepada masyarakat, sangat efektif. Daya jangkaunya
sangat jauh," jelas Peter Jacobs.
| Ricky M Hanafy (kiri) dan Peter Jacobs (kanan) | 
Hal ini kemudian memacu Bravo Bea dan Cukai untuk akan ikut
mengoptimalkan fungsi sosial media. Kepala Bravo Bea dan Cukai Ricky M. Hanafie
mengatakan layanan contact center yang baru dioperasikannya sejak 1 Januari
2015 ini baru melayani masyarakat lewat telepon, email, dan SMS.
"Kita baru berdiri 1 Oktober 2014 dan beroperasi 1
Januari 2015. Rencana kami dalam waktu dekat adalah mengoptimalkan sosial
media, mengingat tantangan kami cukup berat, dimana Bea dan Cukai adalah
pengawas kebijakan kementerian dan instansi negara. Kita lebih banyak mengawasi
penerapan kebijakan mereka, di bandara, perbatasan, dan lokasi lainnya,"
ujar Ricky.
Sementara Klip Pajak baru akan menerapkan fungsi sosial
media pada 2019 mendatang. Menurut Henny Setyawaty, saat ini Klip Pajak
memiliki 120 orang agent dan dibina oleh Kring Pajak Academy. "Tahun 2019
nanti akan ditargetkan menjadi 500 orang, dengan fungsi sosial media dan live
chat," kata Henny. 
Kebijakan
Saat kompetisi TBCCI 2015 kategori Corporate diselenggarakan,
salah satu juri Deepak Selvaratnam dari Singapura mengapresiasi BICARA 131
karena contact center Bank Indonesia ini khas dibanding yang lainnya.
Kemungkinan, lantaran keunikan ini pula BICARA 131 mendapat penghargaan
platinum dalam TBCCI 2015 kategori Corporate.
| Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs | 
"Bila contact center lain menjelaskan produk mereka
atau aktivitas mereka, atas kebijakan yang ada, contact center Bank Indonesia
ini justru menjelaskan kebijakan kepada masyarakat. Ini unik dan bagus,"
ungkap Deepak. Namun tak ketinggalan unik, Layanan Konsumen OJK juga tak
berbeda jauh dengan Bank Indonesia, yakni menjelaskan kepada stakeholder pelaku
usaha jasa keuangan (PUJK) tentang kebijakan mikro prudensial.
"Karena itulah Layanan Konsumen OJK memiliki tiga
fungsi contact center bagi konsumen yakni pengaduan, pertanyaan, dan
informasi," ungkap Direktur Layanan Pelayanan Konsumen OJK Sindang Martha
Samosir. Sehubungan dengan kebijakan, Klip Pajak juga mengaku sering diundang
berpartisipasi dalam membentuk sebuah kerangka kebijakan.
"Karena Klip Pajak sering mendapat masukan masyarakat
yang menghubungi contact center kami, tentang hal-hal perpajakan," ungkap
Henny. Dunia contact center, menurut Andi Anugerah pada akhirnya mengandung
fungsi terpenting bagi sebuah pemangku kepentingan, baik institusi negara
maupun swasta. Hal itu lantaran garda terdepan informasi ada pada contact
center.
 
 
 
 
 
0 comments:
Post a Comment
Sumbangkan artikel Anda ke sahabat.bicara131@gmail.com