Meski Bondowoso, Jawa Timur, masih membutuhkan investasi
dari dalam untuk membangun perekonomian daerah itu, namun pertumbuhan perbankan
di Bondowoso tampak cukup menggembirakan.
Hal itu menurut Kepala Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank
Indonesia Jember Achmad Bunyamin tergambar dari perkembangan aset di Bondowoso.
Pada triwulan I 2015 aset perbankan bertumbuh 6 persen sehingga menjadi Rp 1,5
triliun. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan aset 2014 yang
hanya tumbuh 5,14 persen year on year (yoy). Pembiayaan mengalami penurunan
sebesar 1 persen sehingga menjadi sebesar Rp 1,37 triliun.
Namun perbankan Bondowoso harus meningkatkan prinsip
kehati-hatiannya, karena pertumbuhan aset tersebut diiringi dengan meningkatnya
risiko kredit yang tercermin dari NPL-nya dari 3,24 persen pada triwwulan IV
2014 menjadi 3,9 pada triwulan I 2015.
Kredit macet atau non performing loan (NPL) di Bondowoso
sebesar 3,9 persen memang masih di bawah aturan minimal kredit perbankan yakni
NPL 5 persen. Namun karena ada tren meningkat (dari 3,24 ke 3,9 persen) maka
pihak perbankan harus lebih berhati-hati.
Sebelumnya, di acara pembukaan Expo UMKM Bondowoso Kreatif,
Achmad Bunyamin mengatakan kondisi fungsi intermediasi perbankan di Bondowoso
masih belum baik, bahkan hingga saat ini. Tercermin dari posisi LDR (loan to
deposit ratio) di triwulan I 2015 yang masih berada di 133 persen atau jauh
melebihi batas atas yang ditetapkan Bank Indonesia.
Artinya, jelas Bunyamin, loan 133 persen dan depositnya 100
persen, sehingga ada over 33 persen. Datangnya 33 persen biaya investasi untuk
Bondowoso ini disumbang dari daerah lain.
Alasan tersebut menurut Bupati Bondowoso Amin Said Husni
lantaran masyarakat pedesaan tidak mau mengutang atau mungkin karena
perekonomian yang sedang turun sehingga ada tunggakan didalam pelunasan.

0 comments:
Post a Comment
Sumbangkan artikel Anda ke sahabat.bicara131@gmail.com