Pertumbuhan likuiditas perekonomian uang beredar beredar dalam arti luas (M2) mengalami perlambatan pada Oktober 2015, dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Oktober 2015, posisi M2 tercatat sebesar Rp 4.442 triliun, tumbuh 10,4% year on year (yoy) atau melambat dibandingkan dengan September 2015 (12,7% yoy). Perlambatan pertumbuhan M2 terjadi pada seluruh komponen M2, yaitu M1 (uang kartal dan simpanan giro Rupiah), uang kuasi, dan surat berharga selain saham.
Posisi M1 tercatat sebesar Rp 1.036,3 triliun, tumbuh melambat dari 12,0% (yoy) pada September 2015 menjadi 10,2% (yoy). Melambatnya M1 tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan pertumbuhan giro Rupiah dari 12,3% (yoy) menjadi 8,6% (yoy), sementara uang kartal masih dalam tren meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan transaksi.
Posisi uang kuasi atau simpanan berjangka dan tabungan (baik dalam Rupiah maupun valas, serta simpanan giro valas) tercatat sebesar Rp 3.390,2 triliun atau tumbuh 10,6% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan September 2015 (12,5% yoy). Perlambatan tersebut terutama bersumber pada penurunan pertumbuhan simpanan berjangka dan giro valas yang ditengarai terkait dengan pembayaran utang luar negeri yang jatuh tempo.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, penghimpunan simpanan masyarakat di bank atau dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami perlambatan pada Oktober 2015. Posisi DPK tercatat sebesar Rp 4.238,6 triliun, tumbuh melambat (8,9% yoy) dibandingkan dengan September 2015 (11,5% yoy). DPK merupakan simpanan pihak ketiga pada Bank Umum dan BPR, yang terdiri dari Giro, Tabungan dan Simpanan Berjangka dalam Rupiah dan Valas.
Pada Uang Beredar, perhitungan DPK tidak termasuk simpanan yang diblokir karena kehilangan fungsinya sebagai uang. Sementara, dalam menganalisis perkembangan DPK termasuk juga simpanan yang diblokir dan merupakan simpanan milik pihak ketiga (tidak termasuk simpanan milik Pemerintah Pusat dan Bukan penduduk), baik dalam Rupiah dan Valas, pada Bank Umum dan BPR (tidak termasuk kantor cabang yang beroperasi di luar wilayah Indonesia) dalam bentuk Giro, Tabungan, dan Simpanan Berjangka.
Perlambatan M2 terutama dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan Aktiva Luar Negeri Bersih. Sejalan dengan upaya stabilisasi nilai tukar Rupiah oleh Bank Indonesia dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, pertumbuhan Aktiva Luar Negeri Bersih melambat dari 11,0% (yoy) pada September 2015 menjadi 2,6% (yoy) pada Oktober 2015. Selain itu, perlambatan M2 juga dipengaruhi oleh ekspansi operasi keuangan Pemerintah dan melambatnya pertumbuhan kredit.

0 comments:
Post a Comment
Sumbangkan artikel Anda ke sahabat.bicara131@gmail.com