Mengamati bahwa secara umum inflasi masih terkendali dan terjaga, yakni sesuai pencapaian inflasi di akhir tahun 4± 1%, maka Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan mempertahankan nilai BI Rate sebesar 7,5 persen.
"Bank Indonesia sudah mengidentifikasi risiko yang perlu diwaspadai dalam inflasi, termasuk yang berasal dari nilai tukar Rupiah," ungkap Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo kepada wartawan, Selasa (19 Mei 2015). Selain itu berdasarkan identifikasi Bank Indonesia, lanjut Agus Martowardojo, ada peran dari harga minyak dunia yang diperkirakan meningkat.
"Namun volatile food harus terus dijaga, sehingga ketersediaan dan distribusi pangan harus dijaga. Koordinasi perlu dilakukan terus antara pemerintah dan BI," tegas Agus Martowardojo. Risiko lain yang juga harus diantisipasi sehubungan dengan ketersediaan dan distribusi pangan, adalah adanya potensi cuaca El Nino ke depan.
Secara umum, untuk percepatan pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia melihat unsur konsumsi dalam negeri dan konsumsi pemerintah. Keduanya akan berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya pada semester II. Sementara itu, peran investasi juga tidak dapat dikesampingkan, baik yang berasal dari pemerintah, BUMN, ataupun swasta.
Defisit transaksi berjalan negara atau current account deficit (CAD) pada triwulan I 2015 sebesar 1,8 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB) negara. Di akhir tahun, kisaran CAAD diprediksi berada di 2,8 persen dari PDB.
0 comments:
Post a Comment
Sumbangkan artikel Anda ke sahabat.bicara131@gmail.com